Friday 19 October 2007

Soulmate

Hmmm..yang ini bener2 dapet maling ide dari blog
Ipeh. Gapapa kan Peh? :)

Soal Soulmate, emang kayaknya gak berenti2 dibahas ama kalian2 yang muda2. (deuh berasa tua).

Kalau buat gue, (sorry aja kalau ada yang gak setuju) gue gak percaya ama yang namanya Soulmate itu ada.

Gak ada orang yang bisa sama persis. Kalau satu frekwensi (minjem istilah si Abang) sih ada. Misalnya, Fira bilang, creepy banget kalau pas dia ngomong, "Mak..Ba'...Can I watch cartoon???"
Udah gitu gue ama Abang kompak bilang, "NO!"
heheheheh

Tapi gue bisa bilang, he is NOT my soulmate.
Terlalu banyak perbedaan antara gue dan dia.
Bukannya Soulmate itu berarti seseorang yang begitu serupanya dengan kita sampai apapun yang kita pikir, rasa, inginkan, tujuan selalu sama?
Gue dan Abang tidak demikian.
Doesn't mean I don't love him..

Soulmate is overrated.

Rata2 orang yang belum nikah (even some yang udah) sering bertanya2 dalam hati sambil memandangi pasangannya saat itu, "Is He/She 'The One'?"
Well, kalau kata gue sih, kita gak pernah akan bakal tau, sampe kita mati, game over, The End.
Kalau kita udah mati dan kita masih bersama orang yang sama pada saat kita mati, obviously HE/SHE's The One.
Gitu aja logikanya.

Ada juga pasangan memutuskan berpisah karena sama2 berpikir bahwa mereka bukan soulmate to each other. Yang boneng aja sih?

Kayaknya, pikir2, urusan Soulmate ini bisa jadi faktor X yang bikin orang untuk mengabaikan faktor2 yang lain yah?
Kalau merasa the other one not their soulmate, lantas memutuskan untuk pisah? Get real!

Cinta tidak harus memiliki. *hoek cuih* <<--------"Stop it Mel!You sound like Eddy D Iskandar!" (btw, loe gak nyambung, Mel!)

Bisa jadi kita tuh soulmatenya sama seseorang, belum tentu berbeda jenis, jangan2 beda species!! (ada temen gue yang swear banget kalau soulmatenya adalah kucing kesayangannya. Isn't that crazy or what?)

Jadi, kalau kita menemukan Soulmate kita di diri seseorang yang bukan pasangan kita, terima aja!

Sampai sekarang gue belum menemukan Soulmate gue. Dan gue gak nyari.
Buat gue, cukup melihat kenyataan bahwa gue mencintai suami gue, lebih dari gue mencintai diri sendiri.
That's enough.
Because I'm not sure I'll love my soulmate more than I love my husband.

Cinta itu tidak selalu harus seide, seirama, dan penuh hal2 yang manis saja.
Cinta itu adalah kerja keras untuk mencapai tujuan yang sama.

Menjelang 9 tahun pernikahan kami. Semakin hari gue semakin yakin, I can't live without him.
Can't imagine my life without him.
I don't care of the fact that we're maybe not soulmate.
I love him. Period.

posted : http://justshootmel.blogspot.com/2004/11/soulmate.html
*************

Apa elo soulmate gue? Buku berjudul itu sempat kubaca walaupun hanya beberapa halaman, dan dibaca full oleh suamiku. Entah kenapa, tiba-tiba suamiku bisa melahap buku itu sampai habis dan sesudah baca buku itu, lagu soulmate-Kahitna jadi sangat sering sekali dia dengar.
"Abis, aku bingung gak ada bacaan. Ada buku itu, udah aku baca aja sambil nunggu tukang pompa kerja. Lucu, say," paparnya. "Pengertian soulmate di buku itu dengan lagu ini kontras banget, deh."
"Kontras apanya?" tanyaku
"Kontras, kalau di buku itu dibilang, soulmate adalah orang yang bisa melengkapi kekurangan kita. Nah, contohnya, aku merasa kamu benar-benar soulmateku, say. Kamu bisa mengimbangi kekurangan Mas soalnya," jawabnya sambil mengenggam tanganku. Wadduh, melambung rasanya dipuji suamiku saat itu.
"Kalau di lagu itu, seakan-akan soulmate itu ada dua, coba deh perhatiin teksnya deh," lanjutnya sambil menyodorkan teks lagu soulmate. Olala... ternyata suamiku punya juga teksnya. Aku hanya manggut-manggut, karena masih 'melayang' di angkasa.
Karena itulah, aku agak-agak penasaran dengan buku ringan itu. Hasilnya, aku tidak bisa menuntaskan buku itu seperti halnya suamiku.
Ingat-ingat kata soulmate, jadi ingat sekali dengan seorang teman kakakku, Yuli namanya. Dia penganut soulmate sejati. Bagaimana tidak, setiap bertemu, tak pernah lepas satu kata soulmatepun dari mulutnya, dan tak pernah juga aku berhenti meledeknya.
"Tahu, gak, Yul, soulmate itu bisa perempuan atau laki-laki,loh. Artinya, bisa jadi sebenarnya elo udah menemukan soulmate lo, dan itu Mbak Ari, bukan?" ledekku.
"Ih, Mbak... bukan gitu... soulmate itu adalah pasangan kita, Mbak"
"Soulmate kan artinya teman berbagi duka dan suka, bukan? Nah, jadi bisa saja soulmate elo itu Mbak Ari," ledekku.
"Bukan, Mbak."
"Jadi, menurut lo soulmate itu sama dengan jodoh?"
"Bisa jadi, tapi lebih mendalam, Mbak. Contohnya, elo ama Mas Nowo."
Jawaban jitu Yuli itu menyudahi perdebatan kami. "Pokoknya, gitu deh, Mbak... susah dijelaskan."
Lain waktu, Yuli membahas tentang soulmate lagi.
"Gue sebel deh, Mbak, ada orang dari Kalimantan minta kenalan. Dia merasa istrinya bukan soulmatenya."
"Trus?"
"Ih, udah jelas-jelas punya istri, pakai bilang itu bukan soulmate dia. Yah, kalau udah nikah begitu, itu soulmate dia, gimana, sih.." lanjutnya sambil menggerutu.
"Lho, jadi soulmate itu adalah jodoh dong, Yul.." ledekku.
"Yah, bisa jadi. Tapi, kan, Mbak, eneg aja ada orang udah menikah bilang istrinya bukan soulmatenya, iya,kan?" Aku mengangguk-angguk setuju. Kalau suaminya merasa istrinya bukan soulmatenya, apa si suami juga tak memikirkan kebalikannya, bisa jadi istrinya juga merasa salah memilih suami? Pikiranku melayang juga melengkapi gerutuan Yuli.
Lain waktu. Di email.
Soulmate does exist... dari Yuli.
10 menit kemudian
Soulmate does exist again... dari Yuli.
Aku tak membaca full emailnya. Terlalu panjang. Aku hanya membalas di email keduanya.
Apa bedanya soulmate dengan jodoh?
5 menit kemudian.
Nanti aku cari tahu jawabannya, Mbak.
Sebenarnya, sih, kalau dilihat-lihat definisnya, soulmate adalah teman berbagi masalah. Beberapa orang merasa soulmate adalah sahabatnya. Beberapa orang merasa kekasihnya adalah soulmatenya ketika mereka mulai membina hubungan, tapi beberapa saat kemudian berpikir kekasihnya bukan soulmate kiriman dari Yang Diatas. Parahnya lagi, beberapa orang malah berpikir orang yang diajaknya memadu janji setia di depanNya bukan soulmatenya. Nah, kalau begitu, jelas yang salah adalah pengertian soulmate yang mulai digrey-kan karena keegoisan atau kebuntu-pikiran orang tersebut. Kebuntuan yang mulai timbul ketika masalah-masalah datang, ketika perbedaan-perbedaan datang ataupun ketika datang orang yang lebih dari pasangannya. Padahal kalau dipikir-pikir dengan akal sehat, soulmate juga manusia biasa, yang artinya bisa jadi menimbulkan perbedaan, masalah untuk pasangannya, dan padahal lagi, disetiap saat dalam kehidupan, akan selalu datang makhluk-makhluk yang lebih menarik. Mengapa tak balik lagi lihat definisi soulmate, kan? Hmm.. mungkin akan lebih jelas memegang istilah suamiku, soulmate adalah orang yang melengkapi kekurangan kita, apapun masalahnya, kita selalu balik ke dirinya, semarah apapun kita kepadanya, kita tetap tak bisa jauh darinya.
Soulmate adalah pasangan jiwa... bukan begitu?.... Jadi, apakah elo soulmate gue? adalah pertanyaan yang seharusnya timbul sebelum memilih ikatan abadi, bukan?


posted:http://meliw.blogspot.com/2006/11/soulmate.html
************

Nathalia Sunaidi: Kita Punya Banyak Soulmate


Benarkah soulmate itu hanya satu atau justru tak terhitung banyaknya? Mengapa tak sedikit orang terobsesi mendapatkan soulmateatau cinta sejatinya? Bagaimana pula dengan orang yang bisa jatuh cinta kepada banyak orang? Mungkinkah soulmate kita berasal dari kehidupan lalu? Misteri apa yang ada di balik itu semua?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang coba dijawab oleh Nathalia Sunaidi, seorang hipnoterapis muda berbakat, yang awal Januari 2007 nanti akan meluncurkan buku berjudul Journey to My Past Lives (Bornrich, 2007). Dalam buku tersebut, Nathalia membeberkan hasil penelusurannya ke kehidupan lalunya melalui metode regresi kehidupan lalu berdasarkan hipnoterapi. Di Indonesia, tampaknya baru dialah yang berani membongkar misteri reinkarnasi dan menyusunnya ke dalam sebuah buku.

Tak kurang dari 12 cerita menarik yang berhasil digali oleh perempuan kelahiran Jakarta, 5 Januari 1981 itu. Misalnya, berdasarkan regresi kehidupan lalu, Nathalia berhasil melacak bahwa dirinya pernah hidup sebagai seorang biku di tahun 475, menjadi budak kulit hitam di Amerika, jadi nelayan biasa di Thailand, jadi prajurit angin bangsa indian, bahkan ia pernah menjadi pelayan kedai yang hampir saja dipaksa melacurkan diri.

Tak kalah menariknya, berdasar regresi itu pula Nathalia berhasil menelusuri sebab-musabab tantenya meninggal di usia muda akibat kanker otak. Ia pun berhasil menelusuri mengapa paman kekasihnya menderita penyakit HIV/AIDS. Dan tentu saja, Nathalia berhasil menyingkap misteri sosok soulmate yang sejati. Dari penelusurannya, ternyata kita semua memiliki seorang soulmate, bahkan kadang jumlahnya bisa lebih dari satu.

“Buku ini cenderung kontroversial,” komentar Andy F. Noya. “Namun, buku ini mampu menggoda pikiran kita untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Siapakah aku ini?” lanjut Pemred Metro TV dan Host Kick Andy tersebut.

Nathalia banyak membuka tabir reinkarnasi dalam bukunya tersebut. Selain itu, ia juga membagikan banyak hikmah yang dia dapat dari proses penelusurannya. “Pokoknya, menelusuri kehidupan lalu itu bisa menjadi pengalaman spiritual yang menakjubkan. Banyak pelajaran berharga bisa diambil dari sana,” ujar Nathalia yang belajar hipnotis secara outodidak.

Nah, apa saja yang diungkap Nathalia dalam buku perdananya tersebut? Bagaimana pula ia menjelaskan soal soulmate yang begitu menarik bagi sebagian kalangan itu? Berikut petikan wawancara Edy Zaqeus dari Pembelajar.com dengan Nathalia Sunaidi pada 15 Desember 2006:

Apa latar belakang penulisan buku Journey to My Past Lives ini?
Pertama, bikin buku ini kan—setelah saya lihat kehidupan lalu saya—ternyata perbuatan buruk itu benar-benar ada akibatnya. Juga perbuatan baik itu sungguh-sungguh ada akibatnya. Sehingga saya tulis buku ini untuk share bahwa suatu perbuatan baik atau buruk itu sungguh-sungguh ada akibatnya. Apabila perbuatan buruk kita lakukan dalam hidup kita, itu akibatnya sangat mengerikan. Tapi, kalau kita melakukan suatu perbuatan baik, buahnya itu juga sangat luar biasa. Membahagiakan.

Bagaimana proses penulisan buku Anda ini? Penuh tantangan?

posted:http://www.pembelajar.com/wmview.php?ArtID=780

0 comments:

 
Template designed using TrixTG